Tradisi Nyadran Petilasan Selo Gilang Lipuro

20 Februari 2025
Wartawan Kalurahan
Dibaca 24 Kali
Tradisi Nyadran Petilasan Selo Gilang Lipuro

Gilangharjo, Tradisi nyadran merupakan salah satu tradisi yang melekat khususnya di kalangan masyarakat jawa. Tradisi Nyadran merupakan suatu budaya mendoakan leluhur terdahulu dengan cara bergotong royong membaca doa tahlil dan serangkaiannya. Kini nyadran menjadi adat dan tradisi yang memuat berbagai macam seni budaya. Nyadran dikenal juga dengan nama Ruwahan, karena dilakukan pada bulan Ruwah. Tradisi Nyadran berdasarkan sejarahnya merupakan suatu akulturasi budaya jawa dengan islam.

Di wilayah Kalurahan Gilangharjo, setiap makam melakukan kegiatan nyadran dengan jadwal dan tanggal masing-masing yang telah ditentukan dan disepakati turun temurun menurut keyakinan masing-masing yang berkisar pada tanggal 20 sampai 25 Ruwah (Kalender Jawa)

Namun ada satu-satunya tempat yang bukan makam tetapi melaksanakan kegiatan nyadran. Yakni di kompleks Petilasan Selo Gilang Lipura yang terletak di wilayah Padukuhan Kauman RT 04, Kalurahan Gilangharjo, Kapanewon Pandak. Nyadran di Petilasan Selo Gilang Lipura dilaksanakan setiap tahunnya pada tanggal 20 Ruwah sesuai aturan dari Kraton Yogyakarta.

Pada tahun ini nyadran di Petilasan Selo Gilang Lipura jatuh pada Hari Rabu Pahing 19 februari 2025 jam 15.30 WIB. Kegiatan tersebut diselenggarakan oleh Kraton Yogyakarta melalui Juru Kunci Petilasan dan dihadiri oleh Jajaran Pamong dan Bamuskal Kalurahan Gilangharjo, Lembaga Budaya Kalurahan Gilangharjo, Tokoh Agama dan Tokoh Masyarakat setempat, warga sekitar kauman dan para pegiat budaya di Gilangharjo dan sekitarnya.

Kegiatan doa tahlil nyadran dipimpin oleh kaum rois setempat, Mbah Gito, dan dilanjutkan oleh Juru Kunci Petilasan, Untoro. Kemudian berkat genduri dibagikan kepada seluruh yang hadir dalam kegiatan nyadran.

Ketua Lembaga Budaya Gilangharjo, Supriyanta, S.E., menyampaikan "Pemerintah Kalurahan Gilangharjo mengucapkan terimakasih dan apresiasi setinggi-tingginya kepada juru kunci, tokoh masyarakat, pegiat budaya dan warga masyarakat yang hadir pada kegiatan sore hari ini, kehadirian panjenengan semua merupakan wujud cinta kasih kepada kebudayaan jawa dan adat tradisi nyadran yang adiluhung, semoga kita semua selalu mendapatkan berkah dari Tuhan dalam melestarikan warisan budaya ini." Pungkasnya.